“The happiness of the bee and the dolphin is to exist. For man it is to know that and to wonder at it.” – Jacques Yves Cousteau
Bali. Setelah mengalami drama tersesat dalam perjalanan menuju Pantai Lovina, akhirnya saya sampai juga di tempat wisata di Bali yang terkenal untuk melihat lumba-lumba ini. Hampir tengah malam! Padahal keesokan harinya harus bangun pagi-pagi menuju pantai untuk berangkat menaiki perahu tradisional menuju spot yang banyak lumba-lumbanya.
“Turisnya sepi ya Pak? Lagi low season kayaknya ya?” Tanya saya ke pemilik perahu jukung karena waktu itu hanya ada saya dan dua orang turis bule yang siap-siap naik jukung.
“Kalau sekarang sih memang sepi mas. Nanti kalau lagi musim ramai wisatawan, lautan isinya manusia. Lebih banyak turisnya dibanding lumba-lumbanya.” Nah lho!
Oke, flashback sebentar drama tersesat dalam perjalanan menuju Pantai Lovina ya. Waktu itu, pukul 3 sore saya berangkat dari Danau Beratan. Saya lihat di Google map, ada 3 alternatif rute menuju Pantai Lovina. Rute pertama adalah jalur mainstream melalui Singaraja. Rute pertama ini lumayan padat dan lebih jauh. Rute kedua adalah rute yang direkomendasikan Google Map. Rute kedua ini seharusnya lebih pendek dan lebih cepat. Rute ketiga tidak saya bahas karena trauma dengan rute kedua.
Saya mengikuti saran Google Map menuju rute kedua tersebut. Saking setianya dengan Google, berkali-kali dikhianati oleh Google Maps dengan rute yang menyesatkan pun saya masih setia menggunakannya. Pun demikian hubungan asmara kami dalam perjalanan ke Lovina ini. Lagi-lagi, saya dikhianati oleh Google Maps. Di suatu titik menuju ke Lovina tersebut ternyata bukan jalan, melainkan perkebunan yang tidak ada jalan sama sekali!
Saya lihat lagi handphone saya untuk memastikan koordinatnya. Di lokasi tempat saya berhenti, seharusnya ada jalan menuju Lovina. Namun, bukannya jalan yang saya temui, melainkan perkebunan yang gelap dan sepi. Sempat terpikir yang tidak-tidak bahwa ada makhluk halus yang menyesatkan saya kemari. Hiyy!
Saya pun menyerah dan berbalik arah menuju jalur mainstream. Meskipun jalur Denpasar – Singaraja adalah salah satu jalur utama di Bali, bukan berarti kondisi jalannya oke. Lebar dan lumayan mulus sih, namun berkelok-kelok banyak tikungan dan naik turun. Jadi, harus hati-hati jika melalui jalur ini. Apalagi kalau perjalanan malam, harus ekstra waspada.

Hari menjelang malam sesaat saya tiba di area Pantai Lovina. Lega-lega melelahkan. Ditambah lagi, saya belum memesan penginapan di sekitar Pantai Lovina. Saya berhenti sebentar untuk googling penginapan yang benar-benar dekat dengan pantai, dengan harga yang murah tentu saja. Kondisi lelah dan ngantuk bukan berarti membuat saya tidak waras, tetap sadar kalau urusan duit hahaha.
Akhirnya saya mendapat kamar di salah satu hotel. Karena hari sudah malam, esok paginya harus melihat lumba-lumba, sedangkan saya belum pesan apa-apa, akhirnya saya bertanya ke resepsionis.
“Bli, kalau mau pesan paket wisata melihat lumba-lumba melalui siapa ya?”
“Bisa lewat saya”
“Boleh deh. Jauh nggak sih pantainya dari sini?”
“Lumayan jauh sih, mau sewa ojek sekalian biar besok pagi diantar ke pantai?”
“Boleh deh.”
Subuh-subuh, saya diantar tukang ojek menuju ke pantai. Ternyata, jarak penginapan ke pantai hanya beberapa ratus meter saja. Padahal, kata resepsionis hotel jaraknya lumayan jauh. Sial!
Tapi tak mengapa. Saya selalu berpikir positif jika harus membayar ‘agak lebih’ ke orang lokal. Bagi-bagi rejeki ke penduduk lokal tak ada salahnya. Lagian, hotel yang saya inapi di Lovina ini tarifnya lumayan murah dan kamarnya luas.
Oh ya, saya menginap di Hotel Taman Lily’s (nomor telepon/HP 0362-41307, 087863270509). Alamat: Jl. Mawar, Kalibukbuk, Lovina. Koordinat Google Map -8.160314, 115.027357.
Pantai Lovina sebenarnya tak begitu indah masih kalah indah dengan pantai-pantai di Bali lainnya. Warna pasirnya coklat, kurang teratur, banyak pedagang kaki lima, dan beberapa kekurangmenarikan lainnya. Namun siapa sangka lumba-lumba sangat menyukai pantai ini?
Oleh pemilik kapal, saya ditawarin apakah mau pakai perahu private jukung atau gabung dengan turis lain dalam satu jukung. Demi alasan hemat, saya pun bersedia jika bergabung dengan turis lain. Toh asyik juga jika dapat teman perjalanan yang baru. Kemudian datang lagi klien si bapak pemilik kapal, yaitu sepasang bule yang ditawarin apakah mau bergabung dengan saya atau mau satu perahu private sendiri. Akhirnya, kamipun sepakat satu perahu jukung.

Tak banyak kata yang terucap selama perjalanan dari bibir pantai menuju spot di Lovina yang banyak lumba-lumbanya. Kami para turis ini sangat terkagum-kagum dengan pemandangan di Pantai Lovina. Baru tampak keindahan Lovina yang sebenarnya setelah tinggal landas ke laut, sangat beda dengan pemandangan bibir pantai yang kurang menggairahkan tadi.
Dari arah timur, sunset tampak begitu mencengangkan dengan puluhan jukung yang mengantar turis. Dari arah barat, cahaya ‘laser’ dari pantulan sinar matahari yang mempesona (Anticrepuscular rays). Dari arah selatan, tampak gradasi abu-abu langit memahkotai Pulau Bali. Di sebelah utara, tampak… Wow, ada lumba-lumba!

Ketika muncul gerombolan lumba-lumba, langsung perahu-perahu jukung berbondong-bondong mendatanginya. Ketika muncul lumba-lumba di spot lain, perahu jukung mendatanginya lagi. Dan seterusnya. Namun, tak jarang pula bukan perahu yang mendatangi si dolphin, tapi lumba-lumba lah yang dengan sukarela mendekati kami.
Memang untung-untungan melihat lumba-lumba di Pantai Lovina, Bali ini. Ada saat di mana lumba-lumba ini berada sangat dekat dengan kita, ada pula saat dia berenang menjauh dari kita. Biar sajalah suka-suka si lumba-lumba. Dia kan selebnya, sedangkan kita para turis ini adalah penontonnya.

Apakah lumba-lumba di Lovina jumlahnya banyak? Lumayan banyak kok. Dan mereka tak segan-segan menampilkan atraksinya kepada pengunjung. Namun demikian, jumlah pengunjungnya lebih banyak lagi.
Maklum sih, lokasi Pantai Lovina kan berada di Pulau Bali, salah satu tujuan wisata dunia. Bahkan, saat low season kemarin pun jumlah pengunjungnya lebih banyak dari jumlah lumba-lumba. Apalagi saat high season?
Tips memotret lumba-lumba:
Karena gerakan lumba-lumba ini sangat cepat, pastikan kamu selalu sigap menangkap momen munculnya lumba-lumba ke permukaan air yang hanya sekian detik. Pastikan juga kamera dalam mode otomatis/Auto agar dapat secepat mungkin menangkap foto lumba-lumba. Jika hasilnya blur karena saking cepatnya gerakan lumba-lumba, ubah setting kamera ke mode S dan tentukan shutter speed secepat mungkin.
Meskipun jumlah pengunjung lebih banyak dari jumlah lumba-lumba dan pantai yang tidak begitu memikat mata, namun Lovina tetap memiliki pesona yang membuat saya bilang “yuk cuss” kalau diajak ke sana lagi. Karena saya suka lumba-lumba. Dolphins are sea puppies!
Eh di kiluan juga sekarang banyak turis nya dari pada lumba2 nya, padahal dulu 2008 pertama kali ke kiluanmah lumba2 banyak banget dan wisatwan nya dikit banget
@cumilebay
Lumba-lumbanya mengungsi ke rumah kak cumi kali.. hahaha
ingat lumba jd ingta pulau tunda
@winny
Pulau Tunda ada di sini http://puppytraveler.com/2015/05/17/pulau-tunda-surga-nemo-yang-tetunda-tunda/
Tapi nggak ketemu lumba-lumba di sana
Dahulu saya kesana pas musim libur panjang, namun sedikit lumba lumba !
@Lombok Wander
Wah, kok bisa?
nice info
coba yuk kunjungi http://www.arionproperti.com/ untuk info
gedung serbaguna
sewa gedung pernikahan
gedung pernikahan di jakarta